Assalamualaikum
guys.. Apa kabar nih para pembaca
yang sholeh dan sholehah. Pada baik kan?? Harapannya sih pada jawab dengan
serempak.
“Baik
mas penulis yang cakep.”
Seneng
deh kalau tahu para pembaca pada sehat semua.
Sore
ini matahari mulai beranjak ke peraduannya,, Maghrib hanya tinggal menunggu
beberapa menit saja untuk datang. Sebagian besar teman-teman gua udah pada
pulang ke rumah, sedangkan gua masih sibuk bergelut dengan gunungan pek serjaan
yang tak habis-habis. Seperti biasa, tiap akhir bulan begini, kerjaan gua
dipastikan banyak banget. Tapi gua tidak sendiri, ada Farah dan Si Eko disini.
Eko
ini salah satu temen gua, yang berusaha dapetin hati Farah juga. Si pria
berkepala plontos dengan badan mirip kurcaci ini, yang paling hebat perjuangannya.
Entah sudah berapa kalipun ia ditolak, ia akan datang lagi seperti badai.
Ide-idenya juga kreatif banget. Salah satu ide gila yang ia lakukan,
mengkoordinasi seluruh perkampuangan di dekat kantor untuk memainkan lampu
mereka. Sehingga terbentuk kata I Love You. Farah sampai tertegun saat itu
ketika ia melihat dari ruangan kami. Yaaah. Tapi ia hanya bisa bilang.
“Makasih
mas. Tapi maaf saya gak bisa menuhi permintaan, Mas.”
Dan
si Eko hanya bisa tersenyum tipis. Tapi mungkin saja hatinya hancur saat itu.
Namun tetap saja seperti yang gua katakan di atas. Ia tak pernah menyerah.
Okeee.
Stop mbahas temen gua yang hebat itu. Sekarang ayo kita kembali berpetualang di
massa lalu. Yang belum pakai sabuk pengaman di pakai dulu yaaa? Takut ditilang
pak Polisi nanti. Hahaha.
Sore
itu menjadi latihan pertama kami. Enam orang anak yang tak keren dan tak cukup
baik dalam menyanyi, terkumpul secara mendadak. Bocoran dikit nih, padahal
sebenarnya mas Ali pengen mbentuk satu tim yang terdiri dari murid-murid terbaik,
tetapi karena ada seorang anak yang memelas untuk tampil accapella, akhirnya
terbentuklah tim dadakan ini. Sebenarnya kalau audisi, kemungkinan gua juga nggak
bakal masuk, karena suara gua juga nggak tergolong bagus.
Guys..
Tahu gak apa coment pelatih kami di
latihan pertama itu? Hayooo siapa yang berani jawab, angkat tangan. Ayoo mana
nih yang angkat tangan. Masak nggak ada. Ayolah berani ngomong. Waaah
Alhamdulillah ada yang ngacung juga. Yaaa silahkan mbak yang pakai kerudung
merah.
“Jelek
banget mas. Pasti gitu. Ya kan?”
Aduuuh
mbak. Yang bener aja donk. Masak jawabnya langsung terang-terangan gitu. Mbok ada kalimat pembuka yang manis,
mbaknya kan manis padahal. Habis itu senyam-senyum lagi. Jangan buat hati gua
jadi menari-nari donk mbak. Upz. Maaf.. Kalimat yang tadi disensor aja yaaa.
Hehehe.
Ehm.
Tapi mohon maaf nih, jawaban mbaknya kurang tepat. Bukan kurang tepat malah,
salah besar. Pembaca yang baik hati dan tidak sombong, seingat memori gua
begini jawaban beliau.
“Sempurna.”
Nah
loh, apa gak meledak kepala kita? Masak baru latihan sekali baru dibilang
sempurna. Berarti kita ini memang berbakat untuk bernasyid. Ya gak? Ya gak?
Eiiits, tapi hanya setengah menit saja, kita dibuat terkagum-kagum. Ternyata
beliau belum selesai dengan ucapannya.
“Hancurnya.”
Hahaha..
Sakit banget guys rasanya. Kayak
ditusuk ma seribu jarum. Walau gua nggak pernah ngrasain tuh, gimana ditusuk
pakai seribu jarum. Hehe. Tapi itulah pelatih hebat. Bisa tahu bagaimana
caranya meningkatkan semangat anak didiknya. Yupz. Setelah mendapat sindiran
itu, kami jadi lebih terpacu. Alhasil di latihan berikutnya, hingga latihan
terakhir, grafik penampilan kami cenderung naik. Serius temen-temen.
Upz.
Tapi ada yang unik nih dari lagu yang
akan kita bawakan nanti. Pelatih kami, Mas Ali, hanya memberikan aransemen
setengah lagu. Jadi kami nggak akan membawakan lagu dari awal sampai akhir.
Tapi cuma setengah saja. Beliau berucap seperti ini,
“Walaupun
kalian hanya bernyanyi setengah lagu, tapi kalau kalian bawainnya bagus, saya
berani jamin penonton akan terpana. Tapi kalau nggak, kalian akan jadi bahan
tertawaan.”
Harapan
gua, kata-kata itu bisa jadi pelecut api semangat dalam diri gua, tapi ternyata
nggak bisa. Soalnya dari awal gua udah understimit ma keputusan ini. Mana mungkin
bisa bagus, kalau nyanyinya aja cuma setengah. Apalagi selama latihan, jujur
aja gua agak sebel sama mas Roni. Temen-temen pada dikasih aransemen yang
bagus, sedang gua terkesan biasa dan gampang. Iri banget waktu itu sama
temen-temen. Mereka bisa senyam-senyum karena dapat aransemen bagus. Nah, gua?
Cuma ngibarin senyum palsu saja waktu itu.
Tapi
okelah. Mungkin waktu itu gua merasa sok bisa dan sok pintar, dan suatu saat
ternyata hal itu terbukti. Dimana gua tersadar bahwa mas Ali benar-benar bisa
melihat sampai dimana kemampuan anak didiknya. Tapi ceritanya lain kali yaaa?
Nggak bisa sekarang. Hehehe..
Owh
yaa. Kemarin belum gua kenalin semua kan siapa nama personil tim dadakan ini.
Kalau nggak salah baru Zidni sama Yoga ya. Oke. Seperti janji gua di episode
kemarin, akan saya jabarkan saat ini juga. Owh ya di tim ini Zidni dapat posisi
di Choir dua, sedang Yoga di Choir tiga.
Pertama
saya kenalin vokalis kami. Namanya Fandhi. Pria berambut ikal dengan tinggi
standar ini mantan vokalis juga di tim ten
brothers. Suaranya menurutku lumayan bagus, walau tak sebagus mas Al-J..
Sang lead Vokal ten brothers yang lain dan An-Nahl. Dia ini orangnya humoris
banget. Dan suka nglakuin hal-hal yang nyleneh dan usil. Terkadang bergaya baik
perempuan dan menggoda kami. Trus nyubitin bagian tubuh kami gitu. Ampun deh.
Cubitannya kayak cewek. Sakiiit bangeeet.
Kedua
Adi. Dia ini perkusi kami. Tinggi badannya yang paling mini diantar kami
berenam. Kulitnya sawo matang dan pria satu ini memiliki wajah termanis. Catet
lho ya, termanis bukan tertampan. Kalau yang paling tampan jelas gua lah. Sapa
lagi juga. Maaf ya kalau narcis. Bukan narcis sih, lebih cenderung ke percaya
diri.
Owh
ya. Disini saya bilang Aldi manis bukan karena dia baik sama saya atau ngasih
tips sama saya, tapi berdasarkan survey yang saya lakukan pada temen-temen
cewek sekelasnya. Hampir semua kompak bilang gitu. Tapi saya pun mengakui hal
itu kok.
Yang
terakhir, namanya Nurul. Kayak cewek kan. Saya juga nggak tahu kenapa. Mungkin
saja dulu orang tua-nya pengen punya anak cewek yang tapi yang nongol cowok.
Nah temen saya satu ini, berada di posisi bass. Ia menempati posisi ini, karena
memang suaranya yang paling ngebass. Kalau temen-temen lihat jakunnya bisa
melongo sendiri. Ampun deh. Gedhe bangeeet. Entah itu asli jakun atau buah
kedondong nyangkut di tenggorokannya.
Nah,
temen gua yang satu ini yang paling raksasa. Tinggi tapi badannya kurus. Yaaah
bisa dibilang kayak tiang listrik deh. Hehehe. And temen gua satu ini orangnya
misterius dan sulit ditebak. Pendiem lagi. Yaaah hanya orang-orang dari planet
asalnya saja yang mungkin paham sama dia.
Gua
masih inget banget nih temen-temen, kapan nama tim ini terbentuk. Waktu itu H-1
menjelang event maulid nabi diadakan. Semua pengurus Rohis sedang sibuk-sibuknya
saat ini. Baik cewek ataupun cowok tumpah ruah di aula SMA gua. Bukan ngrumpi
lho tapi kerja. Plus nggak bercampur juga. Paling sedikit bercanda waktu
papasan. Yaah walaupun anak Rohis tapi bukan berarti nggak bisa berinteraksi
sama sekali sama lawan jenis. Tetep bisa, tapi ada batasnya. Gua ini yang
tergolong paling sering bercanda sama temen-temen akhwat di rohis. Tapi nggak
sering-sering juga.
Ohw
ya pada tahu kan akhwat itu apa. Kalau dulu waktu pertama-tama masuk Rohis sih
dikasih tahu senior gua, itu bahasa arab. Artinya cewek. Waktu di Rohis emang
seru banget. Banyak diajari bahasa-bahasa arab gitu. Contoh saja syukron.
Artinya terima kasih. Afwan. Maaf. Ya yang gampang-gampang aja.
Waduuuh.
Kok malah nyrempet ampe kemana-mana. Oke. Fokus lagi yaaa. Masih pada belum
ngantuk kan. Ayooo. Yang ngantuk kebelakang sebentar, trus cuci muka. Karena
cerita selanjutnya bener-bener seru lhooo.
Oke.
Saya lanjut ya. Jadi seperti yang tadi saya bilang, disaat semua pengurus
sedang kerja keras, kami enam orang anak yang menurut gua nggak terlalu tampan,
malah asyik-asyikan di atas ponggong. Kita semua diminta untuk gladi bersih
gitu. Nampilin lagu Senyum Donk Friend yang udah kita latih beberapa kali.
Waktu itu seingat gua ada Mas Ali sama Mas Hendro juga. Mereka berdua pengen
lihat penampilan kami tentunya.
Tapi
disini gua nggak bakal mbahas tentang penampilan kami di gladi bersih, terlalu
panjang entar. Kalau diceritain semua, takut kepanjangan, trus pada bosan. Nek
nggak ada yang mau baca curhatan ini, sia-sia donk gua cerita. Kalau gua nggak
bisa cerita bisa stress lama-lama. Kenapa stress? Iya. Stress ma kerjaan yang
nggak pernah habis. Tapi itulah resiko jadi pegawai. Gua beri ucapan selamat
yang udah jadi pengusaha. Itu pilihan yang paling bagus Guys. Percaya deh ma gua.
Di
atas panggun ini, kami membentuk lingkaran kecil. Diskusi awal dimulai olehku
sendiri.
“Temen-temen,
kita belum punya nama nih? Nanti kalau tampil masak disebut grup nasyid SMA 2.
Kan nggak enak.”
“Kita
kan berenam. Gimana kalau rokudaime.” Usul Nurul.
“Nggak
mau ah. Kurang keren.” Bantahku. Dalam hati aku menambahi kalimatku. Gila. Dasar Naruto Lovers. Emang Hokage apa.
“Kita
kan berenam, gimana kalau six sense.” Usul Adi.
“Ide
bagus tuh.” Dukung Fandhi.
Satu
persatu dari kami langsung menyatakan persetujuan waktu itu. Kami sudah
sepakat, six sense akan menjadi nama tim dadakan ini. Tapi tiba-tiba adik kelas
kami yang tak sengaja mendengar nama itu, berucap.
“Ntar
dikira kayak merek parfum mas.” Celetuknya. Lalu nyengir-nyengir sendiri.
Waktu
itu kami langsung galau. Dan akhirnya sepakat tidak jadi makai nama itu.
Kamipun berdiskusi lagi. Mencari-cari nama apa yang paling cocok untuk kami.
Beberapa menit berlalu, kami masih terus berpikir. Belum ada mulut yang mau
menguak. Sepertinya tak ada satupun ide yang mau hinggap ke kepala kami.
Tiba-tiba
Nurul angkat suara. Aku sudah negatif thingking dulu. Jangan-jangan ngusulin nama sasuke atau naruto nih. Celetukku dalam
hati. Aku jadi tertawa sendiri yang disambut tatapan aneh kelima rekanku.
“Gimana
kalau kita ambil nama depan kita masing-masing, terus jadiin nama tim.”
“Maksud
loh?” tanyaku tak paham.
“Yaaah.
Gitu aja nggak paham. Gak cerdas – Gak cerdas.” Celetuk Aldi.
“Hahaha.
Waktu pembagian kepandaian, gak datang aku. Jadi oon gini deh.” Balasku. Lalu
aku tertawa terbahak. Semua ikut tertawa.
Walhasil,
kami langsung mengumpulkan nama depan kami semua, hingga terbentuklah nama
ZANYAF. Dari Zidni, Adi, Nurul, Yoga, Aku memakai nama Ahmad, bukan slam.
Terakhir Fandhi. Agak aneh sih. Tapi lumayan bagus juga.
Wah-wah.
Terlalu asyik curhat, gak terasa udah pukul 20.00 WIB nih. Udah bener-bener
sepi ini kantor. Farah sama Eko pulang nggak bilang-bilang lagi. Yaaah mungkin
gua terlalu asyik cerita, jadi nggak nyadar waktu mereka pamit. Okeee. Ceritanya
dilanjut besok lagi yaa. Episode selanjutnya akan saya curhatkan tentang
penampilan perdana kami. Dijamin lebih seru, kocak, dan menarik. So tetep
ikutin terus ya CMK ini. Bye-Bye.
Wassalamualaikum..^^
Salam hangat dari kami Bamz Production
0 komentar:
Posting Komentar