Di dalam bus ini, Cahaya dan kegelapan sedang bertarung sengit dihatinya. Kedua sisi yang berbeda ini bertarung tanpa ada yang mau mengalah. Keduanya sama kuat. Dan hanya pemilik hati itu yang dapat menghentikannya.
Antara mimpi dan keluarga, antara cinta dan cita-cita. Jawaban yang sudah didapatnya di masjid tadi, masih tak sanggup menjadi garis yang jelas untuk kedua hal itu. Semuanya masih samar. Tak ada kejelasan.
Bangku yang didudukinya hanya menjadi saksi bisu kegundahannya. Tak ada yang bisa memberi saran untuknya. Angin yang sesekali menyusup dari jendela, hanya mampu memberikan suara desaunya tanpa ada solusi yang berarti.
Ayah, ibu. Apa yang harus ananda lakukan? Seandainya kalian masih ada, aku tak mungkin mengalami hal seperti ini. Sekarang kalian sudah pergi, siapa yang akan memberikan nasehat padaku? hati Doni menjerit tanpa ada yang ikut memikulnya.
Cahaya kuning keemasan yang terpantul dari balik kaca bus, begitu hangat. Namun kehangatan itu juga tak dapat menyingkirkan rasa gundahnya. Bahkan tak cukup kuat menyingkirkan kegelapan di hatinya.
Ya Allah, bantu aku. Berikan cahaya yang mampu menerangi hatiku, agar aku tahu apa yang harus aku lakukan. Aku hanya butuh sedikit lagi keyakinan untuk memutuskan masalah ini. Tolong aku. Aku benar-benar membutuhkan pertolongan-Mu. Iba Doni di dalam hatinya.
“Permisi mas. Boleh saya duduk di sini.” Ucap seorang wanita.
Doni terkejut. Segera ia alihkan pandangannya ke arah wanita itu. Tepat di depan matanya, berdiri seorang wanita berparas anggun dengan jilbab merahnya yang menjuntai hingga hampir menutupi sebagian besar tubuhnya.
Matanya bak permata safir. Begitu indah dan berkilau. Wajahnya bak bunga mawar yang merekah. Begitu mempesona bagi yang memandangnya. Dan aroma tubuhnya bak bunga kesturi. Tak terlalu pekat tapi begitu menyejukkan. Untuk beberapa saat, Doni tak mampu mengedipkan matanya dan mengalihkan pandangannya. Ia begitu terpesona dengan wanita ini. Dan hal ini baru pertama kali ia rasakan.
“Maaf mas. Boleh saya duduk.” Ucap wanita itu lagi.
“I. I. Iya, silahkan.” Ucap Doni dengan terbata. Ia segera menggeserkan tubuhnya ke bangku satunya.
“Terima kasih mas.” Wanita itu tersenyum, lalu segera duduk.
Suaranya yang begitu merdu dan halus, mengalir dengan lembut di telinganya. Menyusuri bagian dalam tubuhnya, hingga masuk ke relung hatinya. Menjadi nada-nada cinta yang begitu menyejukkan hati Doni.
Inikah cahaya yang ingin kau berikan itu ya Rabb? ucap Doni dalam hati.
Melihat dari penampilannya, Doni tahu orang yang duduk di sampingnya adalah wanita yang taat. Dari penampilan ini juga, Doni bisa merasakan bahwa wanita ini begitu mencintai Rabb-nya. Melebihi kecintaannya pada dunia.
Saat SMA, Doni sudah sering bertemu dengan wanita seperti ini. Kebanyakan dari mereka tergabung dalam ekstra Rohis. Anehnya saat itu, ia malah ngeri melihat penampilan teman-temannya ini. Dimatanya mereka begitu tampak kaku dan kuper.
Namun, semuanya tiba-tiba berubah saat ini. Ketika melihat wanita di sampingnya ini, ia malah merasa penampilan itu adalah hal terindah di matanya. Jauh melebihi wanita-wanita yang bergaya, dengan memperlihatkan bentuk tubuh mereka.
Pakaian itu malah tampak terlihat sebagai pengawal yang menjaga sang pemilik dari kejahatan. Dari pria-pria hidung belang. Dan menjadi penyejuk kalbu, bagi orang-orang yang beriman. Dan Doni benar-benar merasakannya saat itu.
Ia sudah tak mampu membendung rasa penasaran di hatinya, dan ingin segera membuka mulutnya yang sedari tadi terpaksa terbungkam. Entah kenapa Doni ingin mengenal wanita itu jauh lebih dalam.
Kedatangan Wanita ini benar-benar menjadi cahaya yang sedikit demi sedikit mengusir kegelapan di hati Doni. Bahkan kegundahannya untuk tetap kuliah atau kembali bersama adiknya seperti sirna tanpa bekas. Tersapu oleh pesona sang bidadari bumi.
Yang ada di pikiran Doni saat ini, hanyalah tentang wanita itu. Tak ada hal yang ingin ia lakukan selain berbincang dengannya. Dan Doni yakin, kalau akan ada sesuatu yang bermanfaat untuknya, ketika berbicara dengan bunga bus ini.
“Maaf mbak? boleh menganggu sebentar.” Ucap Doni setengah berbisik. Namun tak ada respon dari wanita ini. Doni mencoba mencuri pandangan. Ia mengamati wajah sang bidadari bumi dengan seksama. Tampak mulutnya sedang berkomat-kamit. Doni malah tambah penasaran dan benar-benar ingin tahu, apa yang sedang dilakukan wanita ini.
Sang penerang hati Doni, menghentikan gerak mulutnya. Ia lalu melihat ke arah Doni, tanpa menatap wajahnya. “Ia mas, ada apa?” ucapnya lembut.
Doni segera mengalihkan pandangannya. Ia ganti menatap sopir bus yang sedang asyik melaksananakan tugas. “Saya hanya ingin mengobrol sebentar dengan anda. Tetapi saya harap, anda tak salah paham. Saya tak punya maksud apa-apa.” Ucap Doni perlahan.
“Iya mas. Silahkan.” Ucap wanita itu dengan suara yang merdu, lembut, dan menyejukkan.
Doni pun menarik nafas panjang, dan mencoba untuk berbicara. Doni sendiri tidak tahu harus memulai dari mana. Apa yang ia akan katakan nanti, dan bagaimana respon dari wanita ini, Doni siap menanggung konsekuensinya. Doni pun mulai membuka mulutnya.
Salam hangat dari kami Bamz Production
0 komentar:
Posting Komentar