Gedung
berlantai sepuluh ini dari luar tampak sepi, tapi tatkala dilihat dari sisi
dalamnya ribuan orang tengah bergelut dengan pekerjaan mereka. Tepat di lantai
enam, dalam sebuah ruang yang dihuni sepuluh orang, aku sedang bertempur dengan
kerjaan yang menumpuk.
Pertama-tama
kenalin dulu nih, Namaku Muhammad Slamet. Emak and Bapak ngasih nama itu supaya
aku bisa meneladani baginda Rasul. Juga agar aku bisa selamat di dunia dan
akhirat. Terkadang aku lebih suka dipanggil slam, biar kelihatan lebih gaul and
cetar membahana gitu. Tapi teman-temanku lebih suka memanggilku Memet. Kadang
kala aku sedikit sebal dengan hal itu. Tapi karena aku orang yang cinta damai,
aku biarkan saja mereka. Itung-itung beramal lah. Bikin orang seneng.
Oh
ya. Gedung yang sekarang sedang menelanku ini, adalah sebuah perusahaan ternama
di indonesia yang bergerak di bidang komunikasi. Baru tiga bulan aku nongkrong
disini, tapi rasa bosan udah bertumpuk-tumpuk. Kalau kata para putitis
membuncah dalam dada. Cieeeiileeeh.
Cuma
ada satu keajaiban yang membuatku masih betah bekerja disini. Keajaiban itu
datang dari sosok perempuan bernama Farah. Temen kantorku yang tampangnya kayak
Oki Setiana Dewi. Cantiknya nggak ketulungan deh. Pakaiannya selalu santun dan
kegodoran. Ia paling benci dengan pakaian ketat plus gak suka lihat cewek pakai
pakaian kayak gitu. Bagian atas tubuhnya terbungkus rapi dengan jilbab panjang.
Farah
ini termasuk tipe cewek yang tergila-gila dengan warna merah. Semua
barang-barangnya berwarna merah. Kebanyakan pakaiannya juga merah. Jadi jangan
kaget kalau liat dia selalu pakai jilbab warnah merah. Si Farah ini orangnya
juga supel banget. Tiap kali ada orang baru, pasti dia duluan yang ngajak
ngobrol. Tapi walau supel, ia tetep tahu batasannya. Kalau ada yang ngajak
salaman pasti ogah. Ia cuma nangkupin tangan di depan dada, terus senyum sambil
ngomong,
“Maaf.
Bukan muhrim.”
Kebanyakan
cowok di kantor ini berusaha buat narik perhatiannya, trus ndapetin hatinya
deh. Ada yang ngasih bunga, coklat, hadiah, atau sekedar mbikinin teh. Tapi tak
ada satupun yang mampu membuka gembok hatinya. Kalau aku nggak ampe kayak gitu.
Bagi gua nglihatin Farah dari jauh itu udah cukup.
Di
hari yang panas ini dan kerjaan yang menggunung, Aku pengen curhat nih ma para
pembaca. Walau sekarang aku adalah seonggok daging yang mencurahkan segenap
pikiran dan keringat untuk pemerintah Indonesia, yang kata para motivator itu
masuk golongan kiri, Gini-gini otak kanak gua pernah diaktifin selama enam
tahunan.
Asal
tahu aja, dulu aku pernah jadi penyanyi. Istilah yang lebih keren munsyid. Kebanyakan
orang di Indonesia udah tahu pengertiannya. Kalau ada yang belum tahu, gua
jelasin disini.
Munsyid
itu pelaku nasyid. Sedang nasyid sendiri bisa diartikan sebagai seni yang
kerjaannya narik suara alias nyanyi. Nah yang dinyanyiin itu lagu-lagu islami.
Bisa tentang cinta kepada Allah, Rasul, Orang tua, sahabat atau tentang
motivasi.
Naaaah.
Ada sesuatu yang unik lho di nasyid itu. Alirannya ada yang pakai musik, ada
juga yang SMS. Weeeiss jangan salah. Bukan Short Message
Service yang kayak kita ngirim pesan lewat Hp, Tapi suara mulut sajaaah. Gak
pakai gitar, drum, terompet, gendang atau alat musik lainnya. Ya itu tuh, cukup
pakai mulut. Tapi jangan mikir kalau alat-alat itu kita makan trus suaranya
bisa keluar sendiri. Pada ngakak guling-guling nanti kalau bayangin. Pliiss
jangan dibayangin!
Aliran musik itu
Istilah pakemnya Accapella. Tapi agak susah nerangin bagian ini. Mungkin
sedikit penjelasan. Accapella itu bisa dimainkan minimal 5 orang. Ada yang jadi
Bass, Perkusi, Choir, dan lead Vokal. Nah Choir sendiri dibagi lagi. Ada Choir
satu, dua, tiga. Kalau lima palingan Cuma choir dua dan tiga. Naaaah. Biar
lebih jelas lagi, lihat aja di om youtube. Insya Allah ada. Syaratnya satu aja,
internetnya bisa buat download. Kalau gak ada, tinggal ngojek aja ke kampus.
Nongkrong deh. Udah gratis, koneksinya cepat, plus dapat obat mata pula. Khusus
yang nongkrong di ekonomi. Hehehe.
Ibarat jadi agen
007, aku nggak pernah cerita ke temen-temen kalau dulu cowok keren ini pernah
jadi penyanyi. Walaupun kuceritakan, dijamin deh mereka gak bakal percaya.
Pasti secara berjamaah mereka akan berteriak,
“Gak
Percayaaaaa!”
Atau ada yang
nyletuk,
“Ha? Kamu pernah
jadi penyanyi met? Gak sah mimpi deh.”
Bahkan bisa juga
ada omongan yang nusuk ampe ke ati. Kira-kira begini bunyinya,
“Gak sah mimpi,
Slam. Ngomong aja Fales. Palagi nyanyi.”
Akhirnya pada
ketawa kayak kuda nil deh.
Dari sekian
banyak orang itu, mungkin hanya Farah aja yang bisa percaya. Dia tipe orang
yang nggak pernah ngremehin orang lain. Kalau gua cerita ke dia, Kemungkinan
dia bakal ngomong gini,
“Mas Slamet
pernah jadi penyanyi? Wow, keren tuh. Kapan-kapan Farah mau donk dinyanyiin.”
Biasanya sih
dibonusin senyum manisnya gituu. Hehehe.
Awal mula
pertemuanku dengan seni yang menarik ini, waktu aku SMA dulu. Saat itu sekolah
tercinta sedang ada event Maulid Nabi. Nah waktu aku melangkahkan kaki ke
masjid, Dari jauh sayup-sayup terdengar nyanyian gitu. Tapi anehnya gak ada
musik. Karena begitu penasaran, kupercepat langkah. Sampai di masjid, betapa
terbelalaknya mata ini melihat pemandangan yang benar-benar asing. Sepuluh
orang bekerja sama untuk melahirkan alunan nada yang indah. Hanya dari mulut
mereka. Bener-bener sesuatu dah waktu itu.
Nah sejak saat
itu, gua jadi cinta banget sama nasyid. Ndengerinnya itu mlulu. Diputer ratusan
kali, ampe terkadang orang-orang sekitar jenuh sendiri. Anehnya telinga gua ini
gak pernah soak ndengerin lagu-lagu itu. Terutama lagunya Justice Voice, grup
nasyid asal Jogja yang judul lagunya Senyum Donk Friend.
Singkat cerita
setelah event itu, Dibawah bendera Rohis, ekstra nasyid dilahirkan. Dan
kebetulan aku yang ditunjuk untuk jadi komandan devisinya. Langsung deh
bergerak cepat. Cari guru, bikin pengumuman, dan minjem keybord. Kenapa minjem?
Soalnya Rohis gak punya barang mahal itu, and sekolah nggak mau minjemin. Takut
rusak katanya.
Tetapi
Alhamdulillah, semua berjalan mudah. Kebetulan pelatih nasyid yang dulu membawa
tim An-Nahl berjaya di jakarta, mau
melatih kami. Sedikit info aja, An-Nahl itu team nasyid yang anggotanya
kakak-kakak kelas. Waktu itu mereka bisa menyabet peringkat sebelas. Padahal
lombanya tingkat nasional. Pa gak membangakan coba?
Nah untuk
keybord, Alhamdulillah dapat bantuan juga dari seniorku. Mas Hendro namanya.
Dia ini salah satu munsyid legendaris juga di SMA-ku. Bisa dibilang team-nya
dulu yang berjuluk The Khoir, merupakan team terbaik di Sekolah tercinta.
Ups. Pak bos
tiba-tiba melakukan inspeksi mendadak nih. Aku harus kembali kerja lagi.
Makanya Untuk episode awal, sampai sini dulu ya ceritanya. Di kisah selanjutnya
saya akan menceritakan tentang awal pembentukan team nasyid-ku. Semoga kalian
tetep mau baca curhatan-curhatan saya. Ampe ketemu lagi. Bye-Bye...
Salam hangat dari kami Bamz Production
0 komentar:
Posting Komentar